HALOOOOOOO......TEMAN-TEMAN...!
SEBUAH PERTOLONGAN
"Sudah. Berhentilah menangis," kata Igbal menenangkan.
"Teman kakak itu memeng nakal. Berapa pisang goreng yang dia makan?" sambung Igbal sambil merogoh kantong celananya.
"Tidak banyak,kak. Hanya dua buah. Sebenarnya dia tidak mau bayar juga tidak apa-apa...."
"Tidak boleh begitu. Biar kakak bayarkan saja," kata Igbal sambil mnyerahkan uang 500 rupiah.
" Sudah, jangan menangis lagi."
Gadis itu mengambil uang yang diberikan Igbal. Namun, dia tetap tersedu-sedu. Dia terus menunduk dan memandangi kue-kue yang sebagian besar telah kotor karena terjatuh di tanah tadi.
"Sudah diam. Lebih baik kamu keliling saja lagi daripada menangis," hibur Igbal.
"Sa......sa......saya takut kak," katanya lagi.
"Takut? Percayalah pada kakak, Si Nanto tidak akan menganggumu lagi.
"Bu.....bu kan itu, kak. Tapi takut menjual kue-kue yang tersisa ini. Untuk pulang, saya lebih takut lagi. Pasti ibu akan memarahi saya habis-habisan karena saya teledor hari ini," jawab gadis itu dengan bibir gemetar.
Igbal termenung mendengar kata-kata gadis itu yang bernama Ati. Igbal jatuh iba, dan ingin dapat menolong. Tapi bagaimana caranya? Ati hanya memerlukan uang agar tidak dimarahi ibunya. Igbal menyadari benar keadaan Ati yang tentu berbeda jauh dengan keadaannya. Membayangkan semua itu. Igbal lalu mengambil keputusan mengganti semua kerugian Ati dengan uang SPP yang ada di sakunya.
"Nih, uang untuk mengganti kerugianmu. Cukup kan ini," kata Igbal sambil mengulurkan 3 lembar uang sepuluh ribuan.
"Ambillah," lanjut Igbal ketika dilihatnya Ati ragu-ragu.

"Te......te....rima kasih, kak," kata Ati tersenyum sambil mengambil uang itu dan menyentuhkan ke dahinya.
"Pulanglah," kata Igbal lagi.
"Kakak berangkat ke sekolah sekarang."Ia membalas senyum Ati, Igbal merasakan dadanya lega sekali.
Sepulangnya dari sekoalh, Igbal langsung menemui Bunda yang sedang sibuk didapur untuk membuat kue arisan. Dengan lancar Igbal menceritakan semua kejadian yang dialaminya tadi pagi. Tanpa dikurangi atau ditambahkan sedikit pun.
" Begitulah kejadiannya,Nda. Igbal minta maaf kalau perbuatan ini akan membuat Bunda marah."
" Tentu saja Bunda marah. Perbuatanmu membantu sesama Bunda hargai, tetapi yang kau pakai itu kan uang SPP? Itu bukan hakmu, " kata bunda sambil mengusap-usap kepala Igbal.
" Hukumlah Igbal, Nda," kata Igbal dengan ketakutan.
"Tidak, Bunda tidak akan menghukummu. Bunda hanya meminta agar kamu berpikir sembelum berbuat. Coba kamu bayangkan kalau Bunda tidak punya uang lagi untuk menggantikan uang yang kamu berikan kepada Ati.
"Ya Igbal mengerti,Nda," katanya mengganguk dalam.
"Syukurlah,"kata bunda sambil mencium kepala Igbal.
Bunda memandangi Igbal yang menjauh dengan matanya yang berbinar. Bunda tahu bahwa anaknya peduli kepada sesama, tidak terpangku tangan melihat orang yang sangat memerlukan pertolongan.
-SELESAI-
0 komentar:
Posting Komentar