HALO..........TEMEN-TEMEN.......!
PERPUSTAKAAN ECENG GONDOK

Hari pertama, kami mendatangi anak-anak jalanan yang sedang berkumpul. Awalnya kedatangan kami disambut dengan cibiran rasa pesimis. Namun, Nofal dengan sabar mendekati dan membangkitkan semangat serta cita-cita mereka untuk belajar kembali.
Walaupun pada awalnya berjalan bertatih-tatih, akhirnya Perpustakaan Eceng Gondok mulai mengepakan sayapnya. Anggotanya pun semakin banyak karena anak-anak jalanan itu menyebarkannya dari mulut ke mulut. Kegiatan yang dilaksanakan pun cukup beragam, mulai meminjam buku, sampai mengajarkan membaca dan berhitung.
Aku dan Nofal melakukan secara bergantian. Hingga akhirnya ada kabar baik bagiku dan Nofal. Beberapa anak jalanan tertarik lagi untuk melanjutkan sekolah. Niat itu kami sambut dengan baik. Kami mencarikan beberapa perlengkapan sekolah dari berbagai tempat, mulai tukang loak hingga beberapa teman sekolah kami yang hidup berkecukupan. Tak banyak yang bisa kami lakukan. Namun, setidaknya ada secercah harapan baru bagi teman-teman anak jalanan kami. Bagi Rizki, pengamen jalanan berumur 10 tahun yang suka memetik dawai ukulele, harapan ini adalah melanjutkan kembali sekolahnya yang berhenti di kelas 4 SD karena masalah biaya. Ada lagi Dayus, penjual salak pondoh di kereta berumur 12 tahun yang sekolahnya berhenti di kelas 2 SMP karena godaan ajakan teman-temannya untuk mencari uang. Juga Rahmat, tukang semir sepatu keliling berusia 16 tahun yang sekolahnya terpaksa berhenti menjelang ujian akhir nasional SMP.
Beberapa waktu kemudian, harapan para pemimpin kecil itu terwujud, kecuali Rizki yang menurut berita dilarang orangtuanya untuk bersekolah. Bahkan, sudah beberapa hari ini juga tak muncul di perpustakaan.Menjelang siang hari, kami didatangi seorang ibu paruh baya yang terlihat sangat marah.
Gubrakkkkk! Tangan ibu itu menggebrak dinding perpustakaan yang hanya terbuat dari papan tripleks.
"Heh, kalian menghasut anak gw supaya sekolah lagi ya?Ngaku aja!" teriaknya. Semuanya yang ada di perpustakaan tertegun mendengar teriakkannya.
"Jangan berlagak kaya! Pake urusin orang lain segala. Gara-gara kalian, anak gw si Rizki ngambek pengen sekoalh. Emang kalian mau bayarin sekolah anak gua?" sambungnya lagi.
Telunjuknya menunjuk aku dan Nofal.
Hati kami sangat hancur mendebgar perkataannya.
Dengan memberanikan diri, aku berkata:Ibunya Rizki yang baik, kami ini bukan penghasut. Kami hanya ingin agar teman-teman kami tetap mau belajar. Keinginan sekolah itu datang dari Rizki sendiri, kami hanya mendukung. Ibu juga tidak perlu takut dengan masalah biaya, kami akan membantunya sebisa kami," jelaku panjang lebar.
Untuk menjangkau anak jalanan yang masih enggan datang ke perpustakaan, Kami melakukan sistem jemput bola. Setiap hari Minggu dengan menyewa becak, kami berkeliling kampung membawa buku-buku. Kami menghampiri anak-anak jalanan yang berkumpul di trotoar jalanan dan mengajak mereka membaca. Kami berharap dengan begitu, mereka dapat kembali melanjutkan mimpi untuk bisa hidup lebih baik.Satu hal yang tidak bisa berubah adalah kami ini bersama-sama. Aku dan Nofal.

-SELESAI-
0 komentar:
Posting Komentar