Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Post Icon

MENGAPA HARUS JUJUR?


HALO............. TEMAN-TEMAN...!


 MENGAPA HARUS JUJUR?

Jujur adalah sikap pribadi. Jujur diekspresikan dengan kata-kata atau sikap yang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Tidak ditutupi atau bahkan tidak menipu. Jujur adalah energi positif. Menyatakan sesuatu dengan langsung, spontan, lugas, dan apa adanya, sehingga akan menghemat waktu dan energi.
Setiap manusia pernah merasakan atau terlibat dengan hal yang berkaitan dengan kejujuran ini. Pernah merasa dibohongi, pernah menemukan kejujuran, bahkan mungkin itu, setiap manusia tentu tahu bagaimana rasanya. Rasa ketika tahu dibohongi dan rasa ketika menemukan sebuah kejujuran.
Kejujuran berkaitan dengan perasaan. Bahagia dan senang biasanya mengikuti kejujuran, meskipun didahului dengan rasa marah atau kesal. Jadi, jujur kepada kerabat, teman, atau orang-orang sekitar adalah pilihan bijaksana.
Untuk berlaku jujur itu mudah. Ada rasa malu, takut, marah, atau gengsi. Akan tetapi, energi besar yang diperlukan untuk jujur hanya sesaat. Setelah itu, energi besar lainnya akan segera didapat. Apa itu? Pemahaman, pengertian, penghargaan, penghormatan, kasih sayang dan cinta. Semua energi besar itu akan semain kuat dan sejati dengan suntikan kejujuran. Mulai sekarang, tidak ada salahnya mengakui dan niatkan untuk jujur.
Bagaimana dengan kamu, apakah sudah berlaku jujur diwaktu ujian sekolah?
-SELESAI-


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

SEBUAH PERTOLONGAN

HALOOOOOOO......TEMAN-TEMAN...!

SEBUAH PERTOLONGAN

              

"Sudah. Berhentilah menangis," kata Igbal menenangkan.
"Teman kakak itu memeng nakal. Berapa pisang goreng yang dia makan?" sambung Igbal sambil merogoh kantong celananya.
"Tidak banyak,kak. Hanya dua buah. Sebenarnya dia tidak mau bayar juga tidak apa-apa...."
"Tidak boleh begitu. Biar kakak bayarkan saja," kata Igbal sambil mnyerahkan uang 500 rupiah.
" Sudah, jangan menangis lagi."
Gadis itu mengambil uang yang diberikan Igbal. Namun, dia tetap tersedu-sedu. Dia terus menunduk dan memandangi kue-kue yang sebagian besar telah kotor karena terjatuh di tanah tadi.
"Sudah diam. Lebih baik kamu keliling saja lagi daripada menangis," hibur Igbal.
"Sa......sa......saya takut kak," katanya lagi.
"Takut? Percayalah pada kakak, Si Nanto tidak akan menganggumu lagi.
"Bu.....bu kan itu, kak. Tapi takut menjual kue-kue yang tersisa ini. Untuk pulang, saya lebih takut lagi. Pasti ibu akan memarahi saya habis-habisan karena saya teledor hari ini," jawab gadis itu dengan bibir gemetar.
Igbal termenung mendengar kata-kata gadis itu yang bernama Ati. Igbal jatuh iba, dan ingin dapat menolong. Tapi bagaimana caranya? Ati hanya memerlukan uang agar tidak dimarahi ibunya. Igbal menyadari benar keadaan Ati yang tentu berbeda jauh dengan keadaannya. Membayangkan semua itu. Igbal lalu mengambil keputusan mengganti semua kerugian Ati dengan uang SPP yang ada di sakunya.
"Nih, uang untuk mengganti kerugianmu. Cukup kan ini," kata Igbal sambil mengulurkan 3 lembar uang sepuluh ribuan.
"Ambillah," lanjut Igbal ketika dilihatnya Ati ragu-ragu.


"Te......te....rima kasih, kak," kata Ati tersenyum sambil mengambil uang itu dan menyentuhkan ke dahinya.
"Pulanglah," kata Igbal lagi.
"Kakak berangkat ke sekolah sekarang."Ia membalas senyum Ati, Igbal merasakan dadanya lega sekali.
Sepulangnya dari sekoalh, Igbal langsung menemui Bunda yang sedang sibuk didapur untuk membuat kue arisan. Dengan lancar Igbal menceritakan semua kejadian yang dialaminya tadi pagi. Tanpa dikurangi atau ditambahkan sedikit pun.
" Begitulah kejadiannya,Nda. Igbal minta maaf kalau perbuatan ini akan membuat Bunda marah."
" Tentu saja Bunda marah. Perbuatanmu membantu sesama Bunda hargai, tetapi yang kau pakai itu kan uang SPP? Itu bukan hakmu, " kata bunda sambil mengusap-usap kepala Igbal.
" Hukumlah Igbal, Nda," kata Igbal dengan ketakutan.
"Tidak, Bunda tidak akan menghukummu. Bunda hanya meminta agar kamu berpikir sembelum berbuat. Coba kamu bayangkan kalau Bunda tidak punya uang lagi untuk menggantikan uang yang kamu berikan kepada Ati.
"Ya Igbal mengerti,Nda," katanya mengganguk dalam.
"Syukurlah,"kata bunda sambil mencium kepala Igbal.
Bunda memandangi Igbal yang menjauh dengan matanya yang berbinar. Bunda tahu bahwa anaknya peduli kepada sesama, tidak terpangku tangan melihat orang yang sangat memerlukan pertolongan.


-SELESAI-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

PERPUSTAKAAN ECENG GONDOK

HALO..........TEMEN-TEMEN.......!

PERPUSTAKAAN ECENG GONDOK

Hari pertama, kami mendatangi anak-anak jalanan yang sedang berkumpul. Awalnya kedatangan kami disambut dengan cibiran rasa pesimis. Namun,  Nofal dengan sabar mendekati dan membangkitkan semangat serta cita-cita mereka untuk belajar kembali.
Walaupun pada awalnya berjalan bertatih-tatih, akhirnya Perpustakaan Eceng Gondok mulai mengepakan sayapnya. Anggotanya pun semakin banyak karena anak-anak jalanan itu menyebarkannya dari mulut ke mulut. Kegiatan yang dilaksanakan pun cukup beragam, mulai meminjam buku, sampai mengajarkan membaca dan berhitung.
Aku dan Nofal melakukan secara bergantian. Hingga akhirnya ada kabar baik bagiku dan Nofal. Beberapa anak jalanan tertarik lagi untuk melanjutkan sekolah. Niat itu kami sambut dengan baik. Kami mencarikan beberapa perlengkapan sekolah dari berbagai tempat, mulai tukang loak hingga beberapa teman sekolah kami yang hidup berkecukupan. Tak banyak yang bisa kami lakukan. Namun, setidaknya ada secercah harapan baru bagi teman-teman anak jalanan kami. Bagi Rizki, pengamen jalanan berumur 10 tahun yang suka memetik dawai ukulele, harapan ini adalah melanjutkan kembali sekolahnya yang berhenti di kelas 4 SD karena masalah biaya. Ada lagi Dayus, penjual salak pondoh di kereta berumur 12 tahun yang sekolahnya berhenti di kelas 2 SMP karena godaan ajakan teman-temannya untuk mencari uang. Juga Rahmat, tukang semir sepatu keliling berusia 16 tahun yang sekolahnya terpaksa berhenti menjelang ujian akhir nasional SMP.
Beberapa waktu kemudian, harapan para pemimpin kecil itu terwujud, kecuali Rizki yang menurut berita dilarang orangtuanya untuk bersekolah. Bahkan, sudah beberapa hari ini juga tak muncul di perpustakaan.Menjelang siang hari, kami didatangi seorang ibu paruh baya yang terlihat sangat marah.
Gubrakkkkk! Tangan ibu itu menggebrak dinding perpustakaan yang hanya terbuat dari papan tripleks.
"Heh, kalian menghasut anak gw supaya sekolah lagi ya?Ngaku aja!" teriaknya. Semuanya yang ada di perpustakaan tertegun mendengar teriakkannya.
"Jangan berlagak kaya! Pake urusin orang lain segala. Gara-gara kalian, anak gw si Rizki ngambek pengen sekoalh. Emang kalian mau bayarin sekolah anak gua?" sambungnya lagi.
Telunjuknya menunjuk aku dan Nofal.
Hati kami sangat hancur mendebgar perkataannya.
Dengan memberanikan diri, aku berkata:Ibunya Rizki yang baik, kami ini bukan penghasut. Kami hanya ingin agar teman-teman kami tetap mau belajar. Keinginan sekolah itu datang dari Rizki sendiri, kami hanya mendukung. Ibu juga tidak perlu takut dengan masalah biaya, kami akan membantunya sebisa kami," jelaku panjang lebar.
Untuk menjangkau anak jalanan yang masih enggan datang ke perpustakaan, Kami melakukan sistem jemput bola. Setiap hari Minggu dengan menyewa becak, kami berkeliling kampung membawa buku-buku. Kami menghampiri anak-anak jalanan yang berkumpul di trotoar jalanan dan mengajak mereka membaca. Kami berharap dengan begitu, mereka dapat kembali melanjutkan mimpi untuk bisa  hidup lebih baik.Satu hal yang tidak bisa berubah adalah kami ini bersama-sama. Aku dan Nofal.

-SELESAI-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

PERPUSTAKAAN ECENG GONDOK

HALOOOO......... TEMAN-TEMAN...!

PERPUSTAKAAN ECENG GONDOK
Hari demi hari berlalu, kami menjalani persahabatan yang manis. Sampai suatu siang, saat aku sedang duduk didepan gubuk Nofal di dekat stasiun Tanjung Priuk. Anak-anak jalanan lalu lalang didepanku. Ada yang mengamen, ada yang menyemir sepatu, dan ada juga yang berjualan rokok. Tiba-tiba aku merasa sesak. Ya, walaupun aku anak desa yang miskin, aku masih mendapat kesempatan melanjutkan sekolah dengan bantuan budeku. Sementara, anak-anak ini seharusnya sedang duduk di bangku sekolah malah sibuk berusaha menyambung hidup di ibu kota. 
Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benakku.
"Fal, bagaimana kalau kita membuat perpustakaan untuk anak jalanan?" tanyaku. Nofal yang sedang asyik mengerjakan tugas sampai terlonjak kaget.
"Apa?Perpustakaan?"Kini ia memperhatikanku dengan serius.
"Coba lihat sekelilingmu, apa kamu tega melihat anak-anak itu jauh tertinggal di belakang kita, sementara kita bisa menikmati dunia pendidikan? Mereka kan juga punya cita-cita dan mimpi yang sama seperti kita. Kasihan kan?" kulihat kening Nofal semakin berkerut mendengar ucapanku.
"Bagaimana, setuju gak?" tanyaku lagi.
" Kamu benar." ujarnya." Kapan kita lakukan rencana ini?" lanjutkan lagi dengan semangat 
"Bagaimana kalau besok? Besok kan hari Minggu,"jawabku.
Nofal menggaguk semangat. Namun kemudian, mukanya berubah. Ia terlihat binggung.
Malamnya aku berbicara denagn budeku dan mengutarakan niatku dan Nofal membuat perpustakaan untuk anak jalanan. Aku juga menyampaikan kesulitan kami dalam hal biaya. Diluar dugaan, ternyata budeku sangat mendukung niatku dan Nofal. Beliau membantu biaya untuk membeli buku.
Perpustakaan kecil kami dinamai perpustakaan eceng gondok. Nama itu kami pilih karena eceng gondok yang walaupun dianggap sebagai tanaman penganggu, tetapi memiliki banyak manfaat. Harapan kami, walaupun perpustakaan kami terlihat memprihatinkan, tapi dapat menumbuhkan harapan dan mimpi anak jalanan yang telah lama terkubur.
Masalah selanjutnya yang muncul adalah bagaimana caranya mengumpulkan anak jalanan agar mau mampir dan membaca buku-buku di perpustakaan kami? Aku dan Nofal memutuskan untuk mendatangi tempat-tempat di mana mereka sering berkumpul.
-baca lagi di pos berikutnya, terma kasih-


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

GEMAR MEMBACA BUKU SEBAGAI GAYA HIDUP

HALOOOO......... TEMAN-TEMAN...!
GEMAR MEMBACA BUKU SEBAGAI GAYA HIDUP

Ungkapan "buku adalah jendela dunia" tampaknya masih belum sepenuhnya disadari masyarakat Indonesia. Berdasarkan data, minat baca masyarakat Indonesia untuk kawasan Asia Tenggara saja menduduki peringkat keempat setelah Malaysia, Thailand, an Singapura. Ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi kita. Rendahnya minat baca dan lemahnya kemampuan ekonomi masyarakat sering menjadi kendala dalam merealisasikan ungkapan ini. Tetapi benarkah demikian?
Dengan membaca buku wawasan pengetahuan kita menjadi  bertambah. Banyak informasi dan pengetahuan yang akan kita dapatkan dari membaca buku. Akan tetapi di negara kita, harus diakui, buku belum menjadi suatu kebutuhan yang diperhitungkan atau minat baca masyarakat Indonesia. Untuk itu diperlukan budaya konkret guna meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia. Lingkungan keluarga memegang peranan penting sebagai pola pembentuk awal, kemudian baru beralih kelingkungan yang lebih luas di masyarakat. Untuk meningkatkan minat baca ini ada baikanya kita meniru budaya yang dikembangkan Jepang. Disana ada gerakan " 20 Minutes Reading of Mother and Child" Gerakan ini mengharuskan seorang ibu mengajak anaknya membaca selama 20 menit sebelum tidur. Gerakan ini bisa sangat efektif jika didukung oleh kesadaran yang tinggi, dukungan dari berbagi pihak. Faktor pendorong lainnya adalah pola kebiasaan keluarga menghabiskan akhir pekannya. Keluarga Indonesia harus didorong untuk lebih memilih jalan-jalan ketoko buku atau perpustakaan sehingga lebih mengasah intelektualitas dan akrab dengan buku. Minimnya pemberitaan tentang orang-orang yyang berhasil karena membaca buku ikut menjadi faktor penting rendahnya minat membaca. Hal lain yang perlu dikritik adalah rendahnya pemberian penghargaan pada karya intelektual. Halm ini ikut mendorong masyarakat malas berkarya dan membaca.
Bagaimana dengan kamu, apakah kamu gemar membaca?
-SELESAI-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

SEKOLAH TERCINTA

SEKOLAH TERCINTA



Rini mengantarku sampai ke pagar halaman rumahnya. Rini adalah temanku yang baik. Selain ramah dan baik hati, dia jua pandai. Selain itu, dia pun pernah menggondol juara 1 cerdas cermat sekabupaten. Jadi tanpa kesulitan dia diterima di SMPN II.
Sesampainya dirumah, aku memberitahukan bahwa Rini diterima di SMPN II. "Biarlah. Kau jangan merasa putus asa. Berajarlah yang rajin, kelak kau juga akan seperti dia," kata Ibuku.
Aku tahu maksudmu Ibu. Aku pun mengangguk-angguk saja. Aku pun berlari-lari kecil masuk kekamarku, membalik buku-buku dan majalah-majalah.
Kuambil sebuah majalah, lalu kubaca dengan tenang di kamar. Halaman demi halaman kubaca, lama-lama aku merasa pusing. Sudah terlalu banyak halaman yang kubaca. Akhirnya kuletakkan majalah itu dan aku berbaring di tempat tidurku.
Kembali kukenang SMPN II itu. Ya....ya....aku terlalu ikut-ikutan teman-teman yang bercita-cita untuk masuk ke SMPN II. Teman-teman mau masuk ke SMPN II hanya karena sekolah itu sangat bagus model bangunannya. Bahkan, bertingkat dua, dan diberi taman-taman bunga yang indah indah. Hal tersebut yang membuat sekolah itu dibangga-banggakan setiap siwa-siswi sekolah itu, dan.....saling bersaing dalam soal materi. Misalnya mengenai pakaian dan kendaraan yang serba mesin {tentu motor dong?}.
Hehhhh! Aku mendesah penuh penyesalan. Seandainya aku diterima! Lalu apa yang kau banggakan?Orang tuaku hanya seorang pegawai rendah. Jika pakaianku kurang bagus selalu diejek karena anak-anaknya sombong-sombong.Mentang-mentang anak orang kaya. Mereka selalu menghamburkan uang orangtuanya hanya untuk bersaing-saingan.
"Ah, aku tak menyesal dan tak bersedih hati yang penting aku harus belajar dan meneruskan cita-cita," kata hatiku.
Ah, rupanya aku sudah berkali-kali menguap. Ngantuk sekali. Sebelum tidur, aku memanjatkan doa kepada Yang Mahakuasa.
Semoga aku diberi ketabahan iman dan selalu dijauhkan dari perbuatan-perbuatan tercela.Seusai berdoa aku pun tidur pulas.

-SELESAI-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS